Banyak informasi simpang siur yang telanjur beredar tentang pembelajaran Koding dan KA. Agar tidak terjebak lebih jauh dalam berbagai miskonsepsi yang ada, simak poin-poin penting yang perlu Bapak dan Ibu pahami tentang penerapan Koding dan Kecerdasan Artifisial di sekolah.
❌ Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) wajib ada di semua jenjang pendidikan.
✅ Faktanya, Koding dan KA adalah mata pelajaran pilihan di jenjang kelas 5-6 SD, kelas 7-9 SMP, dan kelas 10 SMA/SMK. Di PAUD juga ada, tetapi namanya jadi Berpikir Komputasional dan Kecerdasan Artifisial. Tidak semua sekolah harus langsung menerapkannya. Koding dan KA bisa juga diterapkan sebagai ekskul atau diintegrasikan ke pelajaran lain, sesuai kesiapan sekolah masing-masing.
❌ Koding dan KA hanya mengajarkan prompting menggunakan chatbot untuk menjawab pertanyaan.
✅ Faktanya, cakupan materi Koding dan KA itu jauh lebih luas. Berbagai keterampilan esensial mulai dari berpikir komputasional, analisis data, algoritma pemrograman, etika KA, human-centered mindset, sistem desain KA, hingga teknik KA juga diajarkan. Selain meningkatkan literasi digital, Koding dan KA juga membangun keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan pemecahan masalah—keterampilan esensial yang dibutuhkan para siswa dalam dunia yang terus berubah.
❌ Koding dan KA hanya menerapkan pembelajaran berbasis internet dan perangkat digital.
✅ Faktanya, tidak selalu. Di jenjang Sekolah Dasar, Koding KA diperkenalkan dengan pembelajaran tanpa internet dan tanpa perangkat digital. Metodenya pun bisa beragam, bisa menggunakan pembelajaran berbasis masalah, berbasis proyek, inkuiri, dan gamifikasi.
❌ Materi pemrograman dan KA pada kelas 5-6 SD dianggap berhasil jika siswa dapat membuat gim interaktif.
✅ Faktanya, capaian belajar untuk Koding dan KA disesuaikan dengan jenjang kelasnya masing-masing. Untuk kelas 5-6, cukup paham cara berpikir logis, menyusun instruksi sederhana, sampai mengenal dampak teknologi dan KA dalam kehidupan sehari-hari.
❌ Koding dan KA membuat murid tidak bisa berpikir kritis karena setiap pertanyaan bisa dijawab melalui KA.
✅ Pembelajaran Koding dan KA itu tidak cuma meningkatkan literasi digital murid, tapi juga membangun keterampilan dalam berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan pemecahan masalah. “Murid diajak berpikir kritis tentang manfaat dan risiko KA.
Bagaimana, sekarang Bapak dan Ibu sudah lebih paham tentang penerapan Koding dan KA di sekolah? Kalau masih bingung, yuk kita lihat penjelasan Pak Marend dan Bu Ida di video Reels berikut → https://www.instagram.com/p/DPV3A5fk7NU
Simak juga berbagai konten menarik terkait Koding dan Kecerdasan Artifisial di Ruang GTK melalui tautan https://guru.kemendikdasmen.go.id/artikel/1138
Akses Ruang GTK untuk mendapatkan berbagai inspirasi belajar dan mengajar Anda!